Melirik Koleksi Uang Kuno Toni Prasetyo, Mulai Era Belanda Hingga Uang Luar Negeri Pecahan Miliaran




MADIUN – Uang di mata Toni Prasetyo bukan sekedar alat tukar yang sah. Tetapi juga merupakan karya seni tinggi, bernilai sejarah, dan juga menyimpan nostalgia. Tak heran, pria 39 tahun tersebut getol mengumpulkan uang dari era kolonial hingga uang rupiah yang masih sah saat ini. Ya, numismatik warga Jalan Sari Mulyo Kelurahan Rejomulyo tersebut setidaknya memiliki ratusan uang kertas dan koin dari berbagai tahun emisi. Tak hanya uang rupiah, dia juga mengoleksi uang dari sejumlah negara lain.

‘’Kalau uang kertasnya, mungkin 200an ada. Kalau yang koin tidak terlalu banyak,’’ kata Toni saat ditemui, Kamis (7/9).

Ratusan uang koleksinya itu sebagian dipajang dalam pigura di salah satu café miliknya. Sebagian lagi disimpan dalam album khusus. Koleksi uang tertuanya ada uang yang dikeluarkan era kolonial. Pun, masih dengan mata uang gulden. Dia memiliki tiga lembar dengan nominal 5, 10, dan 25 gulden. Selanjutnya, dia juga memiliki satu lembar edisi Jepang dengan mata uang yen. Selebihnya, koleksi Toni merupakan uang edisi paska kemerdekaan. Di antaranya, seri Soekarno, seri Soedirman, seri budaya, seri pahlawan, seri pekerja, seri hewan, dan lain sebagainya.

‘’Kalau dalam satu seri itu belum lengkap, rasanya ada yang kurang. Kebanyakan berburu secara online,’’ ujarnya.

Dia mencontohkan koleksi uang lawasnya yang seri Soekarno. Setidaknya, dia memiliki uang kertas mulai 1 rupiah sampai pecahan Rp 10 ribu. Uang tersebut memiliki foto Soekarno yang sama di setiap pecahannya. Nah, untuk melengkapi itu dia berburu online hingga daerah Papua. Menurutnya, ada uang tertentu yang banyak beredar di daerah timur.

‘’Sebenarnya ada pecahan yang sama tetapi fotonya berbeda. Yang versi itu banyak beredar di wilayah barat. Seperti di sini. Nah, yang fotonya sama itu malah banyak beredar di kawasan timur. Makanya, dapatnya di Papua,’’ jelasnya.


Toni menyebut setiap uang memiliki keunikan masing-masing. Seperti uang edisi lawas yang sejatinya tidak bisa dilipat karena bahan kertasnya berbeda. Biarpun uang lawas, juga memiliki tanda tersembunyi yang hanya bisa dilihat dengan sinar ultraviolet. Seperti edisi Soekarno yang muncul lafad Allah. Keunikan-keunikan tersebut yang membuat Toni semakin ingin menjadi numismatik.

‘’Saya lebih suka uang kertas karena memiliki banyak corak, gambar, dan lainnya. Itu merupakan sebuah karya seni menurut saya,’’ ujarnya.

Tak hanya itu, sebagian uang juga menggugah kenangan tersendiri baginya. Misalnya, uang-uang yang banyak beredar di masa kecilnya. Melihat uang tersebut bisa mengingatkan kembali kenangan akan masa itu. Karenanya, sayang untuk dijual biarpun uang tersebut sudah tak berlaku sebagai alat tukar.

‘’Kita juga bisa banyak belajar dari uang-uang tersebut. Salah satunya, terkait sejarah,’’ ungkapnya.

Toni sudah mulai suka mengoleksi uang sejak masih SMA. Namun, kala itu dia baru mengoleksi uang berbentuk koin. Pun, tidak terlalu banyak. Mulai koin lawas hingga keluaran terbaru dikoleksinya. Bapak tiga anak itu mulai serius mengoleksi uang sekitar tahun 2012. Dia mulai berburu uang lawas dari komunitas dan juga online. Kebetulan, Toni juga penghobi barang antik. Artinya, saling terkait.

‘’Biasanya ada yang menjual di event barang antik. Jadi bisa saling mendukung. Tak jarang dapatnya malah pas event barang antik,’’ kata Toni yang juga ketua Madiun Barang Antik (Mbatik) sejak 2021 itu.

Tak hanya uang dalam negeri, dia juga memiliki sejumlah koleksi uang luar negeri. Salah satunya, uang dari negara Zimbabwe dan Venezuela. Dia memiliki satu seri edisi tertentu dari pecahan kecil hingga pecahan 50 Billion Dollar Zimbabwe. Bayangkan, uang dengan nomial 50 miliar dalam satu lembar uang. Ya, uang dengan pecahan besar memang pernah dikeluarkan sejumlah negara. Salah satunya, karena inflasi yang tidak terkendali.

‘’Tapi sekarang sudah tidak berlaku lagi. Makanya, bisa dibeli murah,’’ jelasnya sembari menyebut ada juga uang dari Malaysia, Singapura, dan beberapa dari negara Eropa.

Biarpun begitu, Toni mengaku belum mau berhenti berburu uang untuk koleksinya. Dia masih mengincar uang koin edisi khusus. Pemerintah RI memang beberapa kali mengeluarkan uang koin pecahan tertentu dalam edisi tertentu. Misalnya, edisi kemerdekaan dan lainnya. Nah, diakuinya uang koin tersebut sedikit sulit dicari karena jumlahnya memang benar-benar terbatas.

‘’Memang dicetak tidak banyak. Makanya sulit dan harganya mahal. Tetapi ada keinginan untuk mengkoleksi itu,’’ pungkasnya. (ws hendro/agi/madiuntoday)