Berawal Dari Coba-Coba, Stefanus Jeffri Suyanto Kini Raup Cuan Sebagai Pilot Hingga Perakit Drone FPV Profesional




MADIUN – Keberadaan drone sebagai aerial fotografi semakin populer di Kota Madiun sejak 10 tahun terakhir. Teknologi inipun semakin mudah didapat. Mulai dari harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Popularitas pesawat tanpa awak inilah yang menggugah rasa penasaran Stefanus Jeffri Suyanto.

‘’Mulai main drone sejak 2015. Awalnya, drone mainan merk Syma atau MJX dengan area jangkau Rp 200 ribu, 500 ribu, hingga 1 juta,’’ tutur warga Jalan Podang 29 ini saat ditemui di kawasan Taman Sumber Wangi, Kamis (4/1).

Ketertarikan Jeffri terhadap drone pun semakin bertambah. Apalagi, 2017 dirinya mulai menjajal drone jenis first person view (FPV). Yakni, drone dengan umpan video langsung yang dikirimkan dari kamera di pesawat ke sepasang kacamata atau monitor yang dikenakan oleh pilot.

Sebagai informasi, drone FPV biasanya lebih kecil dan ringan daripada drone jenis lainnya. Hal ini membuat drone FPV lebih cepat dan lincah. Selain itu, kemampuan manuver tinggi sehingga cocok digunakan sebagai kendaraan balap drone maupun fotografi dan videografi.

Karena belajar secara otodidak, Jeffri memerlukan waktu dua tahun untuk menguasai basic pilot dan empat tahun hingga benar-benar mahir mengendalikan FPV. Selain tanpa mentor, menurut Jeffri FPV memiliki tingkat kesulitan tersendiri karena harus mensinkronkan otak kanan dan kiri saat mengemudikannya.

Tak dipungkiri, tujuan Jeffri menguasai FPV salah satunya untuk menambah pemasukan. Apalagi, kemampuan pilot drone kini banyak dibutuhkan. Misalnya, untuk pembuatan iklan hotel, kafe, dan resto.

Sebagai content creator spesialisasi drone, otomatis Jeffri wajib memahami regulasi penerbangan drone. Seperti, batas ketinggian maksimal hingga zona larangan terbang. ‘’Pernah kena teguran karena menerbangkan di atas 500 meter. Akhirnya, setiap ada yang pesan saya beri edukasi juga terkait regulasi,’’ terangnya.

Tak sampai di situ, pria kelahiran 29 Januari 1984 itu juga mulai merakit drone 2020. Hingga kini, ribuan drone telah berhasil dirakit dan dipasarkan. Mulai harga Rp 500 ribu hingga 25 juta. Rata-rata, drone kelas medium 3 inch untuk pemula. Serta, drone large 5-7 inch untuk pemesan dari Bandung dan Papua. Jeffri juga pernah mendapatkan order dari Jepang, Taiwan, dan Malaysia.

Sebagai drone builder, tentunya Jeffri telah merasakan suka dukanya selama ini. Seperti, drone terbakar, crash saat quality control, hilang sinyal, maupun dikejar deadline saat orderan tinggi. ''Tapi sukanya, bisa mencicipi drone baru dengan kemampuan lebih tinggi tanpa keluar biaya,’’ ungkapnya.

Lebih lanjut, Jeffri berharap untuk terus mengembangkan kemampuannya. Sehingga, menjadi lebih profesional dan meningkatkan kepercayaan konsumen. ‘’Cita-citanya ingin buka orderan internasional,’’ tandasnya. (WS Hendro/irs/madiuntoday)