Kisah Risyaf Fahreza Dapat Beasiswa S2 di Amerika



Kuliah di Eastern Michigan University, Kalau Jalur Reguler Butuh Biaya Rp 600 Juta Setahun
MADIUN – Kisah Risyaf Fahreza tak kalah menarik dari sejumlah putra daerah yang berhasil mendapat beasiswa di luar negeri. Warga asli Jalan Cempedak Kelurahan Taman ini pernah berkuliah di Eastern Michigan University, Amerika. Dia mengenyam pendidikan Strata 2 jurusan ilmu ekonomi. Tak hanya biaya pendidikan, alumni SMAN 1 Kota Madiun tersebut juga mendapat fasilitas kampus dan juga uang saku. Kalau harus bayar sendiri, biaya kuliah di sana mencapai Rp 600 juta dalam setahun.
‘’Kalau kuliahnya selesai pada 2019 lalu. Ini sedang mencari beasiswa untuk S3,’’ kata Reza saat dihubungi via telepon, Senin (6/3).
Reza memang tidak tinggal di Kota Madiun. Dia merupakan Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Keuangan. Reza tinggal di daerah Depok. Biarpun begitu, dia masih kerap pulang ke Kota Pendekar. Khususnya mengunjungi orang tua. Informasi terkait beasiswa itu didapat dari instansi tempatnya bekerja. Program beasiswa di luar negeri memang cukup banyak dan beragam. Salah satunya, seperti program dari United States Agency for International Development (USAID) yang diikuti Reza.
‘’Biarpun saya ASN, program ini bisa diikuti masyarakat umum. Jadi siapapun bisa mendaftar,’’ ujarnya.
Namun, tentu saja tidak mudah. Reza mengaku tahapan dimulai sejak 2016. Mulai dari pendaftaran, seleksi administrasi, wawancara, dan lain sebagainya. Pun, peserta dari seluruh tanah air. Jumlahnya mencapai ribuan. Sedang, yang akhirnya berangkat hanya 19 orang. Termasuk dirinya. Reza menyebut proposal dan wawancara memegang peran penting.
‘’Kuncinya harus bisa menyakinkan penguji kalau penelitian kita itu layak. Tentu saja juga harus pintar-pintar memilih tema,’’ ungkap alumni SMPN 4 Kota Madiun tersebut.
Reza menyebut setidaknya terdapat dua fokus utama seleksi. Yakni, proposal penelitian dan personal statement. Proposal penelitian tentu berkait dengan penelitian yang akan dilakukan. termasuk riset fokus yang dilakukan. Sedang, personal statement lebih kepada pendapat pribadi terkait perkuliahan tersebut. Pun, juga rencana ke depan setelah perkuliahan selesai.
‘’Mereka tentu ingin mendapatkan peserta yang benar-benar layak. Jadi kita harus bisa menyakinkan kalau kita layak mendapatkan beasiswa itu,’’ terangnya sembari menyebut kegiatan seleksi menggandeng kedutaan Amerika di Jakarta.
Artinya, semua proses seleksi berlangsung di tanah air. Dari ribuan proposal yang masuk tinggal menyisakan ratusan untuk mengikuti seleksi langsung. Seleksi berlangsung sampai beberapa hari. Satu kloter ada 100 peserta. Reza menyebut proses mendapatkan beasiswa memang cukup menguras tenaga. Namun, itu sebanding dengan apa yang didapat.
‘’Bisa dibilang semuanya free. Bahkan, sampai tiket pesawat pulang pergi semua ditanggung,’’ jelas bapak dua anak tersebut.
Setelah dinyatakan lolos, pria 36 tahun itu belum tahu akan kuliah di negara bagian mana. Sebab, semua proses dibantu pemberi beasiswa. Dari semua peserta yang lolos, penempatannya tersebar di berbagai negara bagian dari ujung timur hingga ujung barat Amerika Serikat. Semua terpisah. Reza menyebut hal itu seperti untuk pemerataan. Reza lantas diinformasikan akan berkuliah di Eastern Michigan University. Semua proses pendaftaran juga dilakukan pihak USAID. Dirinya tinggal menyetorkan berkas yang diminta. Di kampus tersebut, biaya perkuliahan berkisar 36 ribu dolar atau Rp 500 juta setahun. Semuanya dibayar pemberi beasiswa. Selain bisa kuliah secara gratis, Reza masih mendapatkan uang saku.
‘’Saya juga bisa memanfaatkan fasilitas yang ada di kampus secara gratis. Seperti kolam renang, arena gym dan lainnya. Kalau bayar sewa sekitar Rp 120 ribu perharinya,’’ ujar tim survelen sektor keuangan tersebut.
Namun, perkuliahan juga cukup ketat. Indek Prestasi Kumulatif (IPK) tidak boleh kurang dari 3,00. Reza menyebut peserta akan langsung dipulangkan jika IPK kurang dari 3,00. Tidak hanya miliki IPK lebih dari tiga, Reza juga pernah menjadi asisten dosen di sana.
‘’Selama kuliah kita tidak bisa santai. Selalu ada materi yang dipelajari untuk didiskusikan pertemuan selanjutnya. Kalau tidak serius pasti ketinggalan,’’ ujarnya.
Reza menyebut program beasiswa cukup banyak. Pun dari banyak negara. Dia menyarankan untuk banyak menggali informasi terkait program beasiswa tersebut dinternet. Apalagi, beasiswa terbuka untuk umum. Reza menyebut ada banyak yang berangkat dari LSM internasional, dosen swasta, dan lain sebagainya.
‘’Prinsipnya harus pintar-pintar mengakses informasi. Karena beasiswa ini untuk umum, jadi bisa dikases dari mana saja. Termasuk medsos,’’ pungkasnya. (dok.reza/agi/madiuntoday)