Survei LF SP BPS, 29,57 persen Warga Tercatat Pindah Masuk ke Kota Madiun di 2022




MADIUN – Kota Madiun tidak hanya menyajikan banyak perubahan fisik belakangan ini. Namun, juga tercatat adanya peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Wali Kota Madiun, Maidi memang memberikan perhatian tersendiri akan pembangunan manusia di Kota Pendekar.

Tak heran, berbagai kemajuan ini kemudian menarik masyarakat luar daerah untuk pindah masuk ke Kota Madiun. Berdasar hasil Long Form Sensus Penduduk (LF SP) 2020 yang dilaksanakan pada 2022 lalu, tercatat adanya migrasi masuk ke Kota Madiun sebesar 29,57 persen.

‘’Jadi Long Form (LF) ini merupakan tindak lanjut dari Sensus Penduduk (SP) pada 2020 lalu. LF ini kami laksanakan pada 2022 lalu dan hasilnya baru kita rilis di 2023 ini,’’ kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Madiun Dwi Yuhenny, Rabu (12/7).

Dwi menjelaskan LF SP merupakan bentuk dukungan Badan Pusat Statistik dalam program Prioritas Nasional (PN) 3. Yaitu, Meningkatkan Sumber Daya Manusia Berkualitas dan Berdaya Saing. Karenanya, di dalamnya terdapat sejumlah indikator yang menjadi sasaran survei. Salah satunya, indikator mobilitas. Nah, di dalam indikator tersebut diketahui adanya pindah masuk dan keluar. Untuk pindah masuk atau dalam survei ini disebut migran seumur hidup di Kota Madiun tercatat sebesar 29,57 persen.

‘’Jadi ada 30 dari 100 penduduk Kota Madiun yang lahir di luar Kota Madiun. Artinya, mereka dulunya bukan warga Kota Madiun,’’ jelasnya.

Dari besaran itu diketahui lebih dari setengah migran seumur hidup tersebut berjenis kelamin perempuan. Sedang, dari jenis usia diketahui terbanyak pada rentang umur 42-57 tahun atau generasi X dengan 35,66 persen. Terbanyak kedua di generasi milineal atau rentang usia 26-41 tahun atau 35,13 persen. Rentang usia tersebut merupakan umur saat dilakukan survei.

‘’Ada banyak hal yang melatarbelakangi kepindahan mereka. Tetapi yang jelas dibandingkan yang pindah keluar, jumlah yang masuk jauh lebih besar. Bisa diartikan mereka nyaman di Kota Madiun,’’ ungkapnya.

Penduduk keluar, lanjut Henny, tercatat sebesar 6,90 persen atau tujuh dari 100 penduduk tercatat migran risen. Terbanyak ada di rentang generasi milenial dengan sebanyak 12,87 persen. Henny menyebut pindah-masuk penduduk ini bisa dipengaruhi banyak faktor. Mulai ikut suami atau istri, pekerjaan, dan lainnya. Namun, dari data survei terlihat mereka yang masuk lebih besar daripada yang keluar.

‘’Artinya, pemerintah setempat dalam hal ini Pemerintah Kota Madiun berhasil memberikan pelayanan kepada masyarakat hingga mereka nyaman tinggal di daerah tersebut,’’ pungkasnya. (rams/agi/madiuntoday)