Kisah Marsid Marsito Hadi, Anggota Satlinmas Kejuron yang Dapat Apresiasi Gubernur Khofifah



47 Tahun Mengabdi untuk Warga, Dilema Saat Tugas Memanggil Bersamaan Urusan Keluarga

MADIUN – Pengabdian. Kata itu tepat diberikan kepada Marsid Marsito Hadi (71) warga Jalan Delima Kelurahan Kejuron ini. Bagaimana tidak, kakek dua belas cucu tersebut total sudah 47 tahun mengabdi menjadi Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas). Pengabdiannya itu pun mendapat apresiasi dari Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat peringatan HUT Satpol PP, Damkar, dan Satlinmas Jawa Timur beberapa waktu lalu. Apresiasi juga diberikan Wali Kota Madiun, Maidi, saat apel kerja bakti, Minggu (19/3) kemarin. 

‘’Rasanya terharu, pengorbanan saya masih bisa dihargai dan diakui,’’ kata Marsid, Senin (20/3).

Rasa syukurpun tak henti dipanjatkan Marsid kepada Tuhan. Dia juga mengucapkan terima kasihnya kepada para pemimpin yang sudah memberikan arahan, bimbingan, dan tentu saja motivasi. Mengabdi untuk masyarakat selama 47 tahun tentu bukan perkara mudah. Apalagi, tidak mendapatkan gaji. Satlinmas memang relawan yang bekerja berdasarkan kemanusiaan. Tak heran, banyak yang tak bertahan lama. Namun, hal itu sepertinya tidak berlaku bagi Marsid. Dia setia dengan tugasnya menjadi Satuan Perlindungan Masyarakat hingga kini. 

‘’Saya sangat berkesan bisa bergabung dengan banyak para anggota Satlinmas yang berbeda latar belakang kehidupannya tetapi masih ada yang berjiwa relawan dan penuh kegotongroyongan. Padahal dari Linmas tidak mendapatkan gaji. Itu yang selalu menyemangati saya,’’ ujarnya. 

Marsid kali pertama menjadi Satlinmas pada Tahun 1976. Kala itu masih disebut Satuan Pertahanan Sipil (Hansip). Pun, Marsid masih berusia 24 tahun. Dia mengaku tertarik bergabung karena ingin menukar nasib pada awalnya. Dengan harapan bisa menjadi pegawai pemerintah. Kala itu, Marsid bekerja sebagai kuli bangunan. Kadang juga tukang cat. Dia mengaku juga pernah ingin menjadi komponen cadangan nasional pada waktu. Namun, dilarang oleh istrinya. 

‘’Pada waktu itu pemerintahan desa dan kecamatan masih satu. Dulu Namanya Hansip, di bawah naungan PPD (Pegawai Penertiban Daerah) yang sekarang jadi Satpol PP. Gabung Hansip untuk merubah nasib,’’ jelasnya.

Dari situ petualangannya menjadi relawan di masyarakat dimulai. Marsid turun menjadi petugas keamanan dalam berbagai kondisi. Mulai dari acara pernikahan hingga kebencanaan seperti kebakaran, banjir, dan lain sebagainya. Suka duka mewarnai perjalanannya selama pengabdian. Apalagi, yang dihadapi adalah masyarakat dengan berbagai macam karakter. Selain itu, tugas datang tak mengenal waktu. Marsid menyebut kerap bertabrakan dengan urusan pribadi keluarganya. 

‘’Senang saya bisa ikut andil dalam membantu, melayani, melindungi warga yang membutuhkan bantuan. Tetapi kadang dilema juga karena bersamaan ada urusan keluarga. Pernah sampai tak bisa laksanakan tugas ibadah. Seperti saat mengamankan kegiatan warga yang punya hajatan,’’ ungkapnya Marsid yang juga ketua RW II tersebut. 

Marsid juga pernah mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Salah satunya, Kursus Kader Pelaksana (Suskalak) B daerah pada 1988. Dia pun harus rela meninggalkan keluarga selama dua pekan. Sejak saat itu kiprahnya mulai dicatat secara administrasi. Karenanya, dia mendapatkan penghargaan pengabdian 34 tahun dari gubernur. Sebelumnya, Marsid hanya tercatat sebagai relawan. 

‘’Sebagai warga negara saya juga ingin memenuhi hak dan kewajiban dalam bela negara. Mungkin ini jalan saya dalam mewujudkan itu,’’ tegas bapak lima orang anak tersebut. (rams/agi/madiuntoday)