Makanan-Minuman Legendaris di Kota Pendekar (1)



Es Santan Mbah Taman Sudah Ada Sejak Era Kemerdekaan


MADIUN – Kota Madiun bisa dibilang surganya kuliner. Maklum sebagai daerah dengan penopang ekonomi dari jasa dan perdagangan, Kota Madiun memiliki banyak pilihan kuliner sejak dulu kala. Beberapa di antaranya masih bertahan sampai sekarang. Seperti es santan Mbah Taman di Jalan Trunojoyo 128 Kelurahan Taman. Warung es yang berada di gang tersebut saat ini dikelola Karminto, sang keponakan. 


‘’Kalau dulunya seperti apa saya hanya dengar cerita dari bude yang tak lain Mbah Taman putri. Es santan ini dulu awalnya ya dari Mbah Taman yang kakung. Katanya sudah ada sejak tahun 1945,’’ kata Karminto, Rabu (4/1). 


Namun, kala itu Mbah Taman kakung jualan secara keliling dengan dipikul. Area jualannya sekitaran Kota Madiun. Sering mangkal di depan Toko Sembako Utama. Karminto tak mengetahui berapa lama jualan secara keliling tersebut. Dia mengetahuinya sudah berjualan menetap di gang dekat rumah itu. Sewaktu dirinya SD, Mbah Taman Kakung meninggal dunia. Usaha es santan lantas dilanjutkan Mbah Kakung putri yang tak lain Bude Karminto.


‘’Karena Bude tak memiliki anak, kemudian mengangkat kakak kandung saya sebagai anak. Saya sendiri tinggal di Nganjuk bersama istri,’’ ungkap pria 52 tahun itu. 


Sang kakak akhirnya berhasil masuk TNI dan harus tugas di luar daerah. Pun, sang kakak saat ini telah meninggal karena Covid-19 lalu. Tak tega dengan Mbah Taman putri, akhirnya meminta Karminto untuk ganti menemani. Dia pun pulang ke Kota Madiun dari Nganjuk. Karminto juga diangkat jadi anak oleh Mbah Taman Putri dan ikut membantu berjualan. 


‘’Saya mulai bantu-bantu jualan saat anak saya masuk TK, sekitar 2007 silam,’’ jelasnya sembari menyebut Mbah Taman putri memiliki nama asli Tukinah. 


Biarpun sudah berganti tangan, rasa es santan tetap sama. Karminto tidak mengurangi maupun menambah bahan yang digunakan. Mulai santan, garam, air gula, dan larutan kopi takarannya masih sama. Sebagai isiannya, tape ketan hitam. Kelapa yang digunakan kelapa yang tidak terlalu tua. Air yang digunakan untuk memeras kelapa jadi santan wajib dimasak terlebih dulu. 


‘’Semuanya tidak ada yang saya ubah. Sama dengan yang diajarkan Mbah Taman dulu. Bahkan, sampai jajanan pelengkapnya masih sama,’’ terangnya. 


Selain es santan, di sana juga ada gorengan dengan sambal kecap. Juga ada, kerupuk, madu mongso, dan kacang. Uniknya, kacang dibungkus dengan kertas seperti madu mongso. Karminto sempat membungkus kacang dengan plastik namun diprotes pelanggan. Akhirnya, kembali lagi menggunakan kertas. 


‘’Kalau langganan sudah banyak. Bapak Wali Kota Maidi sering minum di sini. Kadang, bungkus lewat ajudannya,’’ ujarnya sembari menyebut sejumlah pejabat juga kerap datang. 

Selain itu, pelanggannya juga ada yang datang dari luar kota. Kebanyakan masyarakat Kota Madiun yang merantau. Pun, es buatannya kerap dikirim ke Malang, Yogyakarta, hingga Jakarta. Ada juga yang jauh-jauh datang. Terlebih setelah adanya tol. 


‘’Ada yang datang pas habis, karena tidak tega saya buatkan lagi dan sisanya diborong,’’ kenangnya. 


Saat musim penghujan biasanya Karminto menghabiskan tiga kelapa. Namun, saat musim kemarau bisa dua kali lipatnya. Jika dihitung gelas, sehari dia bisa menjual hingga 300 gelas saat musim penghujan dan 600 gelas saat musim kemarau. Saat ini, harga es santannya Rp 5 ribu. Karminto masih ingat saat dulu pernah diharga Rp 750 rupiah. Karminto juga tak pelit berbagi. Bahkan, ada yang belajar dari Mojokerto dan diajarkan langsung. Namun, setelah dipraktikkan di Mojokerto katanya tak seenak saat belajar di Kota Madiun. 


‘’Anak saya enggan meneruskan usaha ini. Tidak tahu nanti seperti apa ke depannya,’’ pungkas Karminto. (rams/agi/madiuntoday)